Basketball Is My Friend In My Life
Bola itu sesuatu yang bulat dan memantul. Aku sangat tak suka benda itu, dan aku sangat trauma kepadanya. Dulu karena ulah kakak kelasku, ia pernah menendang bola sepak dengan santak ke arah pipi kiriku. Saat itu, aku si bocah kecil berumur 7 tahun hanya bisa berlari terbirit-birit sambil menangis menuju ruang kelas dengan memegangi muka yang mulai lebam dan memerah. Kejadian itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu. Kalau aku ingat-ingat lagi ekspresiku waktu itu aku merasa menjadi anak paling memalukan sedunia. Apalagi saat memasuki era SMP ku dulu. Sekolah SMP ku tuh dikenal dengan sekolah terbaik dalam kompetisi bola basket se-Kabupaten. Makanya, kupikir apa bagusnya dengan ekskul itu. Semua yang berhubungan dengan bola sangatlah membuatku benci memikirkannya. Namun, ketika pertama kali aku menonton pertandingan bola basket aku mulai penasaran dengan permainan itu. Para pemainnya sangatlah menawan dan aku jadi suka menonton pertandingan bola basket.
Sampaii di ambang pemulihan aku dibujuk sama temen sebangkuku kan, dia tuh antusias banget biar aku bisa gabung anak basket. Katanya supaya aku bisa kayak kakak sepupuku. Ya, kakak sepupuku atlet basket terpopuler di Kabupaten. Mulailah dari situ, nggak tahu kenapa pas coach basket membuka pendaftaran untuk member baru khusus anak cewek aku langsung gabung deh. Lambat laun, aku makin banyak tahu hal tentang kehidupan anak basket. Aku jadi ikut-ikutan sok cool, sok ngatlet, dan sok jago kalo lagi lay up (padahal yaa jarang masuk-masuk). Semua kepribadian itu tuh ngalir gitu aja. Efeknya positif, basket membuatku jadi lebih sehat karena olahraga yang rutin di sekolah dan merubah rasa traumaku terhadap benda memalukan itu. Aku malah nggak rugi sama sekali gabung jadi anak basket. Ternyata asik juga kenal sama mereka yang dulunya pernah kuanggap sombong dan selalu jadi perhatian kawan lainku terutama para siswi.
Jadi anak basket ternyata banyak banget pelajaran yang dapat diambil. Nggak hanya belajar ngatlet tapi berkehidupan juga. Setiap latihan, coachku pasti njelasin detail banget tentang olahraga ini. Katanya kalau aku pengen hapal aturan mainnya, aku mesti baca bukunya yang tebalnya sekitar -/+ 10 cm, Ya kali mau baca, gada niatan mau jadi atlet basket juga.
Hingga sampailah aku berada dipuncak cinta banget sama basket.
"Basketball to be the best my friend."
Waktuu latihan adalah saat yang kutunggu-tunggu. Aku makin hapal teknik mainnya dan antusias untuk bertanding. Namun sayang, karena pada angkatanku dulu ekskul basket khusus cewek belum bisa dilepaskan untuk bertanding dengan alasan skillnya masih kurang. Tapi aku tidak sedih dengan pernyataan itu, belajar teknik dasarnya saja satu bulanan, kalau mau benar-benar bisa kata coach ku ya bisa sampai setahun. Lah ini para cewek belum sampai satu bulan sudah ngrasa berat yang kerap kali pemanasan bolak balik lapangan. Nahan push up tanpa turun 5 menit, habis itu sprint. Gila kupikir waktu itu. Aku masih ingat awal aku gabung latihan aku lagi puasa, coach ku agak memelas padaku katanya gak percaya demi latihan basket lagi puasa sunnah pun ikut latihan aja. Luar biasa!
Perjalananku dalam dunia basket tidak berhenti setelah aku lulus dari SMP. Ketika masuk SMA aku berniatan untuk meneruskan ekskul ini. Suatu hari, coach di SMA ku memberikan jadwal pertandingan BBL di kotaku, aku terbelalak ternyata di daftar pemain tercantum sekolahku. Wah yang benar saja tim ku akan turun ke lapangan BBL ? Harapan yang aku dambakan dari SMP benar-benar terjadi. Untuk kali pertama aku terjun langsung mengikuti upacara pembukaan dengan para pemain lain dan mengikuti pertandingannya. Saat aku main, semua terasa menantang baik dari sisi lawan main maupun skor yang diperoleh. Ternyata pertandingan basket bukan hanya sekedar drible, passing, dan shooting tetapi skill yang kita punya harus tahan banting. Akhirnya awal moment pertandinganku menghasilkan buah asam. Kami kalah, hahaha. Kupikir tak apa sih, pengalaman juga belum, teknik yang kita punya juga belum sepenuhnya dikuasai.
Setelahh pertandingan bergilir itu selesai, aku diajak oleh kawan SMP ku dulu untuk ikut club basket di Kabupaten. Club ini cukup terkenal apalagi pelatihnya merupakan pelatih yang aku ketahui, pelatih favoritku, lebih tepatnya coach ku yang ada di SMP dulu. Ngga perlu keputusan yang lama aku masuk club itu. Pelatihan pertamaku di club membuat kelihaianku dalam bermain basket semakin terasah. Semenjak hari itu, basket menjadi hobby utamaku. Indah rasanya dapat pengalaman baru di dunia basket, apalagi jadi banyak kenalan dari sekolah lain. Tapi ibuku kurang senang kalau aku sibuk dengan kegiatan yang satu ini. Ia khawatir, setiap aku ke club pasti pulangnya habis maghrib terus dan pikiran ibuku negatif, katanya kalau aku sering latihan basket di lapangan Kabupaten aku pasti bakalan sakit. Buktinya, sehabis aku tanding basket pasti selang dua hari setelahnya aku sakit. Ibuku hanya datar menanganiku yang lemah di atas matras. Mungkin keadaanku saat itu adalah hadiah kualatku yang ngga boleh ibu buat main basket lagi. Tapi terkadang aku suka curi-curi kesempatan biar bisa latihan. Hehehe.. dasar aku!
Sampai hari ini, dimana aku memasuki area kakak kelas paling tua di SMA tak lagi ku lanjutkan ekskul ini. Ya, alasannya karena semakin aku naik kelas aku merasa ekskul sudah tidak begitu penting. Jadi aku keseringan tidak latihan basket, otomatis punah juga gairahku kepada olahraga ini. Tapi apakah aku berhenti mencintai olahraga ini ? Tentu tidak. Basket malah jadi olahraga favoritku. Aku sebenarnya ingin kembali lagi ke tempat club basket di Kabupaten. Disanalah rahasia memperoleh ilmu dan tak tik belajar basketku. Tapi kembali lagi ke posisiku saat ini, hobby belum tentu keberuntunganku di masa pembelajaranku sekarang. Memang sebagian passion kita merupakan masa depan kita. Tapi basket bukanlah kelebihanku. Jadi itulah sebabnya aku tak kembali lagi ke club dan sedikit lupa bagaimana cara bermainnya. Canggung bagiku untuk terjun ke dunia itu lagi. Bisa dibilang sekarang aku keluar sejenak dari dunia basket. Bukannya tak peduli lagi, tapi ada prioritas lain yang mungkin menempatkanku untuk sukses di bidangnya. Menurutku bermain fisik itu berat dan aku capek jika bermain basket terus berhari-hari. Sekarang waktunya aku beralih ke otak. Banyak-banyak belajar dengan buku dan menjadikannya pemulihan utama.
Open your book if you want to be a someone that you want, example precident, if you want to be it, do it!
Komentar