Happy Seemed to Hover

    



Lekat sekali pandangan itu mengamati garis horizon dari depan wajah ini. Similir hembusan udara sawah meliuk-liukkan bulu mata. Wajahku terlihat padam dan suram. Mataku hitam, pipiku luntur, bibirku kecut, dan keningku mengerut. Alangkah kasihan bila kusebut jiwa ini begitu ngeri jika diajak berkompromi. Buntu sudah pemikiranku untuk bersanding dengan banyak kawan sepertimu.
    Bayangan abu-abu yang selalu membututiku kemana pun aku pergi merekam kedalam alam bawah sadarku. Tak susah lagi kucari tempat aman untuk mencuri segala kejadian yang mengusikku. Kawan-kawanku tak sadar. Mereka kulihat sangatlah hangat. Begitu fokus pada mainannya masing-masing. Lalu, mengapa aku tetap begini-begini saja ?
    Setengah sungging pada bibirku terangkat pelit. Membaca kian kemari pola sikap mereka. Secercah demi secercah runtut dibualnya hingga sedikit celah ingin menjauh secara halus sangatlah jelas bila kucermati. Sesak itu lalu datang menyerang konsentrasi cuitan pada otakku. Aku meronta pada hati yang memekik. Beradu penuh pada sang maha segalanya. Kubertanya ya tuhan, mengapa selalu aku yang dipandang dan diperlakukan beda ? Mengapa kau jadikan diriku bersikap pasif, seakan-akan aku hanya orang yang tidak ada apa-apanya.
    Kemenangan mereka adalah sesetan pisau yang meracik tulang belulangku. Pilu. Kini ku lihat bahagia yang melayang-layang tak jelas pada diri mereka. Tertawa dengan campuran emosi itu bergaya saat mereka melakukannya sambil memukul meja atau melantangkan suara tertawanya. Ada apa sebenarnya dengan mereka ? Atau akukah yang salah ? Disini aku tak merasakan ada penopang semangat yang utuh dikala aku sangat butuh untuk benak yang ingin kukeluarkan. Kerongkonganku juga memekik tanpa henti. Setiap berada dilingkungan itu, aku tak pernah disantuni. Kepedulian mereka hanya aktif pada orang yang berguna. Sedangkan aku ? Aku hanya menjadi kejanggalan disetiap rencana kebahagiaan kalian.

                                        Happy seemed to hover~
 

Komentar

Postingan Populer