Cahaya Langit di Malam Takbir

Sebuah Cerpen Karya Santri PP. Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Oleh: Ridha Idham Ismaini


Suasana petang ini berbeda dari waktu-waktu biasanya. Di luar, udaranya terasa hangat, dingin dan sejuk. Seperti tersiram gugusan Rahmat Ilahi yang digemakan melalui lantunan-lantunan takbir. 


Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar.. Laailaaha Illallahu Allahu Akbar, Allahuakbar walillaahilhamd. 


Lantuan tersebut dibacakan selepas azan Maghrib dikumandangkan. Dari setiap sudut wilayah terdengar suara takbir yang saling bersautan. Nur mulai bersiap dengan mukena lajurnya didepan cermin. Wajahnya yang masih mengkilap karena air wudhu membuat tangannya mengusap-usap wajahnya supaya tidak basah. Karena waktu menunjukan pukul 18.05, ia dan teman-teman kamarnya beranjak ke masjid untuk melaksanakan sholat Maghrib berjamaah. Di asrama yang ia tinggali sekarang, malam takbir adalah momen paling terharu disepanjang waktu. Karena semua santri tidak bisa mudik dan bersatu merayakan hari raya di pondok pesantren. Mereka berusaha untuk bisa menikmati momen yang penting ini. Walaupun sekilas teringat hangatnya kumpul bersama keluarga, tetapi menahan rindu hanya untuk fokus beribadah di pondok menjadikannya lebih mensyukuri nikmat Tuhan. 


Malam ini adalah kali pertama Nur dan teman-temannya merasakan hari raya Idul Adha jauh dari rumah. Yang biasanya disepanjang malam ia habiskan bergurau bersama keluarga, menyiapkan bumbu-bumbu masakan untuk esok hari, atau keluar rumah untuk takbiran bersama warga desa. Jika diingat-ingat memang terasa seru, tetapi hari ini lebih berkesan dari kebiasaan lamanya itu. Ia bersemangat duduk di dalam masjid, melantunkan takbir sambil menunggu Iqamah dan memandangi teman-temannya dengan bahagia. Hatinya terenyuh ketika kaligrafi Allah dan Muhammad di atas mimbar imam ia pandangi. Ia mengingat selama ini sudah banyak yang Allah berikan kepadanya. Ia bersyukur dengan khidmat sambil sesekali ingin meneteskan air mata. Tapi ia tahan sekuat tenaga supaya tidak berlarut pada kerinduan. 


Sholat Maghrib telah usai, Nur tetap dimasjid untuk menunggu waktu sholat Isya. Sampai selesai sholat Isya dan wiridan sebentar, Nur menyempatkan membaca Al-Qur'an walaupun sejenak.

"Nur ampun kesupen nggih ba'da Isyaan terus teng halaman yo. Santri-santri pada takbiran sareng pengasuh lan asatidz." Teman Nur mengingatkannya dikala seusai sholat isya ia masih saja menderas Al-Qur'an dimasjid. 

"Yo, matursuwun sampun dielingna. Mangke teng halaman e bareng yo. Sekedap malih kulo radin." Setelah itu, Nur menyelesaikan bacaan Qur'annya dan mencium mushaf tercintanya. Lalu ia menuju ke kamar dan mengganti mukena dengan baju putih, rok gelap dan kerudung putih. Kemudian, selama perjalanan menuju ke halaman pondok, Nur dan teman-temannya mengobrol dengan asyiknya. Membahas hari raya dan kegiatan yang akan dilaksanakan dihalaman pondok setelah ini. Entah mengapa, malam ini langit begitu cerah. Awan-awan gelap berdesir pelan kearah utara. Terkadang menutup cahaya bulan sampai sedikit sinar yang keluar darinya. 


Saat dihalaman, para santri duduk bersama secara ramai sembari melantunkan takbir di malam Idul Adha. Masha Allah Tabrakallah, malam ini dengan keluarga baru dirumah keduanya, Nur merasakan kehangatan yang damai. Dibawah sinar samar aurora diatas sana, cahaya langit di malam takbir begitu mempesona. Bahkan bulan yang berkilau seperti ratu yang bersinggah dengan anggun, tiada bintang yang dapat menggangu keelokannya. Menjadikan penduduk bumi bersimpuh bersuara memuji keagungan sang Khaliq. Ketentraman malam itu bak diawasi oleh para malaikat untuk memberkati manusia yang mengumandangkan gema takbir. 


Disana, langit memang tampak gelap. Namun bagi siapa pun yang merasakannya, ada rembulan yang tersembunyi dibalik awan yang bergeser kesana kemari disertai sinar yang sangat mengkilap. Nur yang menikmati pemandangan itu sesekali mendongakkan kepala untuk memandangi langit yang tenang dan menentramkan jiwa. Ia juga berkata didalam hati, "Ya Allah, engkau adalah sebaik-baik Tuhan dalam mengatur jagad raya ini. Tiada kuasa paling mengagumkan kecuali kuasamu. Kau telah mengatur malamku disini. Diasrama bersama teman-temanku. Maka dari itu, rahmatilah kami dan jagalah keluarga kami untuk kemuliaan dihari esok. Sesungguhnya, engkau adalah pelita bagi hati kami. Setiap nikmatmu juga pelita. Jadi, buat diriku selalu mensyukuri segala anugerahmu dimanapun aku berada dengan senang hati."


Heuh.. Nur  menghirup dan mengeluarkan nafas dengan leganya. Dihalaman pondok yang sangat ramai, ikatan batinnya tidak terlepas untuk berdzikir kepada Allah swt. Cahaya langit dimalam takbir membuatnya semakin yakin bahwa Allah adalah Tuhan yang luar biasa. Menghadirkan hari raya Idul Adha untuk kebaikan umat dan menjadikannya selalu ingat kepada Allah. Terima kasih selalu ia haturkan dan dekap dengan sangat erat didalam hatinya kepada Allah swt. Untuk malam yang indah ini, Nur yakin keluarga dirumah juga merasakan kebahagiaan yang sama. Seperti yang Nur rasakan bersama teman-temannya diasrama, melantunkan takbir menyambut hari raya Idul Adha untuk keesokan harinya.

Komentar

Postingan Populer