Suara Dalam Redam
Aroma udara tak selindai masa itu. Daun-daun nampak merunduk dengan khusyuk, dan kupu-kupu hinggap menuju sumber madu pada bunga satu ke bunga yang lainnya. Suasananya terlihat masih sama, hanya takdirnya yang mulai berubah. Lihat saja awan yang terseret begitu lamban. Menerka pada cuaca yang semula cerah, tiba-tiba hujan pun bisa turun sesukanya. Aku mulai sulit membaca keadaan alam dengan komunikasi bervariasi yang ditunjukkan olehnya. Mereka bersuara tapi telingaku seperti redam bak tertutup suatu hal sampai tak dengar jeritan mereka.
Jika ada waktu yang bisa aku pahami. Teruntuk di masa yang akan datang. Aku ingin alam bisa mengizinkanku kembali membaca jalan pikirnya untuk takdir yang sedang ku tuju. Bila waktu esok masih bisa aku jumpai, aku hanya ingin alam bisa mengerti bahwa aku sungguh lekat pada tarikan emosinya.
Sekali lagi aku tidak akan pernah lupa akan udaranya yang sepoi, wanginya hamparan pemandangan, cahaya matahari yang kuat, serta gelak tawa manusia yang damai dan ekspresi suka cita. Semua itu bisa aku rasakan dengan nikmat tanpa beban dan penuh kebahagiaan. Aku.. Aku rindu buaian suaramu yang selalu membisikkanku di saat aku sedang memikirkan Tuhan. Aku merasa kau hidup di saat semua orang tidak berpihak kepadaku. Bahkan di saat Tuhan sekalipun marah kepadaku. Di sini aku yakin bahwa suaramu lah yang bisa membalikkan kekuatan batinku.
Maka aku ingin, Tuhan membuka kembali suara dalam redam yang terperangkap dalam hatiku, pikiranku dan auraku. Aku ingin bisa melingkar dan dilingkari oleh aura alam yang kau ciptakan. Dengannya aku merasa bahwa aku bisa. Dengannya aku merasa diindahkan dan dihormati. Dengannya aku sadar bahwa kenyataan dan keberadaan adalah suatu zat yang patut aku imani sebagai bentuk syukurku. Sehingga, aku pun jadi tahu bahwa selama ini, aku bisa melewati semua ini, alam pun adalah makhluk paling handal untuk mengendalikan yang sulit untuk ku kendalikan.
Sampai detik ini, aku baru ingin mengutarakan mengenai berharganya sebuah waktu. Apapun yang ingin manusia impikan sejatinya akan dipermudah apabila rumus sabar dan ikhlas dipegang kemanapun tujuannya. Hingga akhirnya Tuhan memutuskan hal terbaik, jika kita masih memegang suara alam, kendati suara yang terkubur dalam redam sedikit demi sedikit akan terbuka dan terdengar. Jika manusia itu sendiri yakin, alam pun tidak akan ragu untuk melingkar kembali pada tujuan awal manusia untuk membawanya kepada hal yang positif dan membangun. Kalau aku bisa bilang.. Mungkin ini kunci yang sudah dibuka setelah sekian lamanya mati, terkubur, dan diam.
Berbahagialah, karena alam akan ceria.
Bersujud lah, karena alam pun juga akan tersenyum dan bersimpuh.
Maafkanlah, karena semua hal yang menghambat apapun dalam dirimu sejatinya ketidak ikhlasan dalam diri yang masih terkunci.
Buanglah..
Buang sejauh-jauhnya masa lalu.
Berbahagialah, karena diri kita adalah aset istimewa untuk dipertontonkan banyak umat kelak.
Maka, berbahagialah. Karena ini menjadi akar kejayaan jiwa manusia.
Komentar